Gemanusa7. com-Mercu suar itu akan muncul di Indonesia, karena mercu suar dari Indonedua bisa menjadi petunjuk jalan terang bagi dunia. Jadi, arti dari mercu suar itu bukan karena kelimpahan dalam arti ekonomi atau material, tetapi dalam dimensi spiritual yang akan menjadi penerang jagat, bukan hanya untuk bangsa dan negara Indonesia saja, tetapi juga bagi semya bangsa yang asa di dunia. Demikian ungkap Sri Eko Sriyanto Galgendu mengawali diskusi rutin mingguan GMRI (Gerahan Moral Rekonsiliasi Indonesia) Senin-Kamis, 3 Novemver 2025 di Sekretariat GMRI, Jl. Ir. H. Juanda No. 4 A, Jakarta Pusat.

Hadir diantaranya Joyo Yudhantiro dengan komunitas dari Kalibara, Eko Miniarsih dan Yuni dan menyusul kemudian Brigjen Pol. Benny Iskandar Hasibuan yang membawa berita dan cerita menarik yang sangat membahagiakan.

Laku topik diskusi pun nekuas memasuki wilatah Negara Kertagama yang lebih jelas menggambarkan sistem dari ketatanegaraan yang kuat dan komprehensif serta patut diadopsi oleh pemerintah Indonesia, meski tidak sepenuhnya kungkin tidak dapat dilakukan. Akan tetapi sebagai penuntun dan model dari konsep pemerintahan yang baik untuk dilakukan, karena pemerintahan Kerajaan Majapahit mampu mencapai puncak kejayaan sebagai negara yang berbentuk kerajaan, kata Sri Eko Sriyanto Galgendu saat memaparkan nilai-nilai spiritual yang bersifat universal yang setara dengan nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia.

Silih asah, salih asih dan silih asuh pun yang menjadi motto Prabu Siliwingi dalam menata pemerintahannya di Kerajaan Pajajaran, imbuh Sri Eko Sriyanto Galgendu seperti yang termuat dalam “Kitab MA HA IS MA YA” yang semakin matang untuk segera dilaunching di berbagai tempat maupun daerah dalam waktu dekat.

Bangsa Indonesia yang disebut sebagai bangsa terpilih oleh Tuhan, karena memperoleh keistimewaan sebagai bangsa yang berada dalam tatanan matahari — mempunyai kelebihan dan keistimewaan pada kekayaan alam serta geografis yang sangat strategis dan indah dengan beragaman macam hewan serta tetumbuhan yang sangat banyak seperti sumber daya alam yang melimpah di dalam perut bumi.

Dan “Kitab MA HA IS MA YA” merupakan contoh dari kelebihan yang dimiliki bangsa Indonesia dengan membacakan do’a dalam waktu 20 jam non stop untuk 79 orang tokoh dan pemuka agama, seperti yang telah dilakukan Sri Eko Sriyanto Gakgendu sendiri pada awal Agustus 2025 lalu.

Bangsa Indonesia bukan saja sebagai bangsa yang kaya, tapi juga sebagai bangsa yang kuat. Hanya saja, kekuatan bangsa Indonesia dilemahkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Inilah hasil salah satu rumusan diskusi rutin GMRI yang telah berlangsung rutin dua kaki seminggu, setiap Senin-Kamis atau Kamis-Senin disela berbagai kegiatan lainnya, tiada pernah absen karena bila bersamaan dengan kegiatan lain akan diajukan atau diundurkan jadwal waktu pelaksanaan dari diskusi dalam suasana yang santai tapi serius membahas satu atau lebih dari topik yang relevan dengan kondisi dan situasi kekinian Indonesia.

Dalam konteks silih asah, silih asih, dan silih asuh menjadi topik bahasan yang menarik terkait dengan eksistensi partai politik di Indonesia yang tidak ikhlas dan tidak tulus dan tidak jujur dalam konteks melakukan kaderisasi hingga tidak berjalan sebagaimana yang ideal. Artinya, tidak terjadi saling asah, saling asih dan saling asuh. Karena proses kaderusasi dan regenerasi dalam partai politik tidak berlangsung sebagaimana seharusnya. Sehingga istilah ‘kader partai karbitan” jadi marak menjadi model semacam makanan instan kemasan. Lalu budaya saling jagal dan sikat mendapat pembenaran hingga tumbuh subur menjadi budaya baru dalam perpolitikan di tanah air kita. Budaya dan tradisi saling sikut dan jagal menjegal itu diperoleh oleh pengarang baru yang mampu membawa segepok uang. Inilah yang ditandai oleh kalangan artis dan jauh selebriti menggeser dan menggusur kader partai yang tidak sanggup menyediakan banyak uang untuk menduduki jabatan di partai politik maupun saat hendak ikut berkompetisi dalam Pemilu.

Begitulah realitas yang terjadi dalam pendidikan politik yang tidak berjalan dan tidak menghasilkan kader partai yang tangguh dan militan berpegang pada ideologi partai, tapi lebih dominan mengandalkan uang untuk memuluskan semua program maupun meraih kursi kekuasan dalam partai politik maupun di pemerintahan, papar Yuni dan Eko Miniarsih sebagai aktivis yang juga bergiat dalam partai politik di Indonesa. Bahkan iming-iming dari partai politik lain — sebagai pesaing dalam berbagai hal, juga cukup kuat dan deras menggoda — kata Yuni dan Eko Miniarsih berkisah.

Pecenongan, 3 November 2025/Gn7.c-

By Admin7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *