Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa
dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat

Gemanusa7.com-Ada satu ironi besar dalam sejarah bangsa ini. Dulu, penjajah Belanda memperkenalkan sepak bola ke tanah Hindia Belanda dengan niat “peradaban”—sebuah permainan Eropa yang katanya mendidik sportivitas dan disiplin. Tapi mereka tidak pernah menyangka bahwa permainan itu justru akan menjadi simbol kebangkitan martabat bangsa bumiputra. Dari lapangan tanah becek kampung, rakyat pribumi menantang dominasi Belanda dengan kaki telanjang. Sepak bola menjadi medan kehormatan, lambang keberanian untuk tidak tunduk.

Namun, seiring waktu, sejarah yang heroik itu justru dijual murah oleh para pewaris bangsa sendiri. Kini, sepak bola Indonesia bukan lagi arena perjuangan rakyat, melainkan arena pertunjukan busuk dari para mafia. PSSI—Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia—yang seharusnya menjadi rumah besar olahraga rakyat, berubah menjadi sarang kepentingan pribadi, kongsi judi, dan permainan uang kotor.

Setiap pekan, jutaan rakyat menatap layar televisi dengan harapan sederhana: ingin melihat tim kebanggaannya menang dengan jujur. Tapi di balik sorak sorai tribun, ada transaksi gelap yang mengatur skor, menentukan siapa menang, siapa kalah, bahkan siapa yang harus “disakiti” oleh peluit wasit. Mafia wasit, mafia skor, mafia judi—semuanya hidup dan beranak-pinak dalam tubuh PSSI yang sudah kehilangan ruh olahraga.

Belanda dulu menyesal memperkenalkan sepak bola, sebab permainan itu membangkitkan kesadaran dan semangat persatuan bangsa jajahannya. Tapi kini, ironisnya, yang membuat bangsa ini terpecah bukan lagi kolonialisme asing, melainkan kolonialisme moral yang tumbuh di antara pejabat olahraga kita sendiri. PSSI bukan lagi simbol persatuan, melainkan simbol kebusukan yang dilegalkan.

Oleh karena itu, pembubaran PSSI bukan sekadar tuntutan emosional, melainkan kebutuhan moral bangsa. Indonesia membutuhkan lembaga baru, bersih dari kepentingan politik dan uang, lembaga yang mengembalikan sepak bola sebagai olahraga rakyat, bukan industri tipu daya.

Jika dulu sepak bola membangkitkan martabat bangsa, maka hari ini tugas kita adalah membebaskan sepak bola dari para penjajah baru—para mafia berkedok patriot olahraga.
Dan satu-satunya jalan menuju kebangkitan itu: bubarkan PSSI, bangun kembali sepak bola Indonesia dari tanah yang bersih.

Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa
dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat di Jakarta

(Gn7.c-)

By Admin7

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *