Gemanusa7. com-Aksi demo dan unjuk rasa warga masyarakat Pati ya g memprotes kebijakan Bupati, Sudewo pada 13 Agustus 2025 sungguh fenomenal, setidaknya demikian kesimpulan kajian Atlantika Institut Nusantara, 16 Agustus 2025, karena bangunnya kesadaran rakyat hingga kompak, bersatu untuk berjuang terbebas dari beban pajak yang melambung kebaikannya — hingga dipastikan menambah beban hidup rakyat yang sedang dihimpit oleh kesulitan ekonomi yang semakin memburuk.
Keberhasilan aksi unjuk rasa warga masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah ini menggugah kesadaran warga masyarakat lainnya di berbagai daerah untuk melakukan aksi dan unjuk rasa meminta kenaikan pajak yang berlipat ganda nilainya itu untuk dibatalkan dengan pola aksi dan unjuk rasa atas kesadaran bersama — tak hendak tampil secara individual untuk memperoleh citra sebagai pahlawan seperti yang sudah berulang kali terjadi dalam aksi dan unjuk rasa yang selalu gagal tidak mencapai hasil yang maksimal.
Aksi unjuk rasa warga masyarakat Pati yang tidak cuma menolak kenaikan nilai pajak yang berlipat itu, juga mendesak Sudewo selalu Bupati Kepala Daerah Kabupaten Pati, Jawa Tengah mengundurkan diri atau diturunkan dengan cara rakyat. Namun begitu, DPRD kabupaten Pati pun berhasil didesak untuk melakukan semacam impichmen — pemakzukan — terhadap Sudewo, kendati tetap ngotot karena dipilih langsung oleh rakyat.
Jika memang benar dasar dari alasan keengganan pejabat publik yang dipilih oleh rakyat itu adalah konstitusi, apakah rakyat yang telah memilikinya tidak lagi boleh memilih untuk mengganti yang bersangkutan. Inilah diskusi hangat yang menjadi tajuk bintang semakin menarik Atlantika Institut Nusantara untuk melakukan kajian lebih lanjut dan lebih mendalam dengan mengundang bara sumber ahli dalam bidang ilmu ketatanegaraan pada kesempatan berikutnya.
Karena kesimpulan dari sisi dan unjuk rasa warga masyarakat Pati yang terbilang sukses pada 13 Agustus 2025 telah menjadi fenomenal yang menarik sebagai bahan kajian dari sudut pandang pergerakan rakyat yang murni, sukses dan menunjukkan kesadaran rakyat merupakan kunci pokok dari keberhasilan, karena tidak ditunggangi oleh sosok seorang yang memiliki kepentingan untuk dianggap pahlawan atau kepentingan lain yang tidak murni dan tidak jujur melakukan aksi dan unjuk rasa itu sepenuhnya demi kepentingan rakyat.
Fenomena itu tampak dari setiap simpul kelompok massa yang berdatangan dari berbagai pelosok desa dengan biaya swadaya, sehingga kesadaran kolektif pun semakin membesar dan meluas seperti terlihat dari suplai makanan dan minuman yang berdatangan hingga cukup melimpah.
Cermin kebersamaan, persatuan dan keikhlasan warga masyarakat inilah yang menandai nilai-nilai spiritual yang menghantar pada keberhasilan aksi dan unjuk rasa yang sangat fenomenal ini. Hingga meyakinkan bahwa kekuatan rakyat — bila bersatu dan kompak — sungguh tidak bisa dikalahkan. Sebab keberanian untuk berkorban itu muncul dari kesadaran dan kecerdasan spiritual yang ikhlas, jujur dan murni tidak terkontaminasi oleh pikiran yang licik dan culas untuk mengedepankan kepentingan pribadi atau kelompok sendiri.
Inilah kesimpulan sementara yang dihasilkan dari diskusi Atlantika Institut Nusantara, untuk kemudian diharap dapat menghasilkan kajian yang lebih jernih dan baik untuk menjadi pelajaran bagi banyak pihak, utamanya dari kajian konstitusi terhadap keabsahan seorang kepala daerah, boleh atau tidak dilengserkan oleh rakyat yang nota Bene dahulu adalah yang memilihnya.
Banten, 16 Agustus 2025/Gn7.c-