Gemanusa 7.com-Sejujurnya, rasa senang, bangga dan sekaligus kecemasan ketika ingin mengucapkan selamat kepada Denny Januar Ali, ketika mendengar kabar beliau terpilih menjadi Komisaris Utama Produksi Hulu Pertamina, bukan saja membayangkan betapa aduhainya insentif yang bisa diterima setiap bulan dalam imajinasi seorang penulis yang cuma bisa menerima honoraria yang paling banter bisa bertahan untuk hidup selama seminggu saja dengan model efisiensi yang ketat, sebab bila tidak maka pada hari-hari berikutnya bisa cari hutangan agar dapat tetap bertahan untuk hidup, meskipun jadi seperti kerakap di atas batu.
Keinginan untuk segera mengucapkan selamat dan berbahagia kepada Denny Januar Ali yang mendapat kepercayaan sebagai orang penting di Pertamina itu, sempat tertunda akibat kecemasan dan ketakutan, jangan-jangan setelah memangku jabatan empuk itu Denny JA jadi lupa berdiri untuk aktif menggerakkan para penulis puisi esai dengan seabrek aktivitas beliau dalam bidang sosial kemasyarakatan yang jauh dari endusan, karena memang seabrek aktivitas dan kegiatan Denny JA — yang nyaris tak pernah luput dari perhatian saya — utamanya dalam hal tulis menulis yang melampaui kepiawaian seorang kolumnis, sejujurnya sangat mengkhawatirkan hati saya akan segera tertekan bukan saja karena keasyikan sebagai pejabat baru di perusahaan plat merah yang pasti memberi jaminan enak itu, tetapi juga akibat tenggelam dalam tugas dan tanggung jawab yang serius dia tekuni, sehingga tak lagi sempat menyapa pembacanya yang bejibun dalam media sosial berbasis internet.
Tentu saja rasa khawatir yang paling utama bagi saya — sebagai penggemar karya sastra dalam bentuk apapun — akan terbengkalainya puisi esai yang sangat menjanjikan adanya semacam gelombang revolusi dalam bidang tulis menulis, hingga suasana bersastra di Indonesia tidak sampai tamat riwayatnya. Inilah satu penyebab dari kebimbangan untuk mengucapkan selamat atas terpilihnya Denny JA kemarin itu sampai baru muncul rasa keberanian yang lebih didorong oleh sikap nekat sambil berharap bahwa kecemasan saya itu tidak sungguh akan terjadi dan tidak sampai mengubah khayalan saya tentang kembalinya masa berjaya sastra Indonesia termasuk budaya tulis menulis yang sempat ambruk akibat supremasi media maenstrem yang runtuh tersenggol oleh media sosial berbasis internet yang lebih murah dan lebih efisien serta dapat dinikmati kapanpun dan dimanapun hanya dengan sedikit pulsa dan jaringan internet yang telah sampai ke ujung desa paling ujung maupun gunung.
Tentu saja untuk menepis rasa kekhawatiran atas terpilihnya Denny JA sebagai pejabat penting di Pertamina yang akan melucuti semua peran pentingnya dalam aktivitas dirinya untuk masyarakat serta peranannya dalam membangun masa depan kaum milenial yang kreatif untuk menyongsong peradaban masa depan yang lebih bergengsi dan berisi untuk disandingkan dengan peradaban dibelahan dunia yang lain, saya justru menemukan sugesti yang terbalik, yaitu coba meyakinkan diri saya bahwa dengan menyandang jabatan yang sungguh sangat bergengsi itu Denny JA sangat mungkin mampu untuk melipat gandakan peran serta kapasitasnya untuk mengangkat dunia sastra dan budaya tulis menulis di negeri kita itu dapat lebih maju dan berkilau di Indonesia maupun dalam pandangan bangsa-bangsa yang ada di dunia.
Itulah yang membuat nyali bisa melibas rasa khawatir yang sangat manusiawi bagi orang seperti saya yang sangat berharap apa yang telah dirintis serta dilakukan dengan serius oleh Denny JA dapat membuahkan beragam karya yang kreatif, inovatif dan inventif mengangkat nama baik dan martabat bangsa menjadi terpandang serta disegani oleh bangsa-bangsa yang ada di dunia ini.
Kecuali itu, siapa tahu dengan jabatannya yang cukup kinclong di Pertamina ini justru dapat lebih mempercepat dan mempermulus jalan ideal yang dilakukan Denny JA untuk bangsa dan negara kita untuk masa mendatang yang lebih cemerlang.
Ya, semoga saja do’a yang terbaik akan dikabulkan juga seperti harapan yang terbaik. Sehingga kecemasan tidak perlu bertambah lagi jumlahnya.
Banten, 10 Juli 2025/Gn7.c